undefined
undefined
Bel istirahat
yang dinanti pun berbunyi, guru biologi mulai membereskan buku dan meninggalkan
kelas. Seperti biasa, Silla bersama sahabatnya, Clarissa pergi ke kantin untuk
membeli makanan. ‘Ca, kantin yuk, laper nih’, ajak Silla pada sahabatnya itu.
‘Tunggu bentar
la, aku masih beresin buku’ sahut Caca. Mereka berdua pun pergi ke kantin.
Hari ini, semua
terlihat aneh bagi Caca. Semua teman sekelas Caca bertingkah aneh, seolah-olah
ada yang disembunyikan dari Caca. Silla pun ikut-ikutan bertingkah aneh.
‘La, kok aku
ngerasa ada yang aneh ya hari ini’ tanya Caca pada Silla.
‘Aneh gimana ca?
perasaanmu aja kali tu’ jawab Silla.
Caca semakin
bingung dengan teman-temannya, termasuk sahabatnya itu. Dia merasa ada sesuatu
yang sedang direncanakan teman-temannya, tapi tak ada saorang pun yang memberitahunya.
Kebingungan dan penasaran menghantui perasaannya, ‘Apa mungkin ini semua ada
hubungannya dengan Bobby? Ah ga mungkin, memangnya apa yang direncanakannya
sampai teman-teman bersikap aneh padaku.’ batin caca.
Dia mulai risih
dengan semuanya, Caca pun memutuskan untuk menghampiri Tisya. Tisya adalah
sahabat Caca sejak kecil. Mereka berdua sudah seperti saudara, ditambah lagi
orang tua mereka sudah bersahabat sejak lama. ‘Aku ke bawah dulu ya La, mau
nyamperin si Tisya’ tanpa panjang lebar, Caca meninggalkan Silla dan berjalan
menuruni tangga menuju kelas Tisya.
Dari arah bawah
datang seorang cowok yang terlihat sedang buru-buru dan tidak sengaja menabrak
Caca.
‘Bruuukkk!!’
‘Hati-hati dong
Bob kalo jalan, jangan pake lari gitu’ marah Caca yang kesakitan ditabrak
Bobby.
‘So-so-sori Ca,
aku ga sengaja nabrak kamu. Aku lagi buru-buru soalnya, sori ya!’ Bobby pun
meminta maaf dan buru-buru pergi meninggalkan Caca.
‘Ih, dasar tu
anak. Uda nabrak, skarang ninggalin gitu aja’ keluh Caca. Caca yang masih
ngomel-ngomel dalam hatinya, tiba-tiba mendengar suara cewek yang tak asing
lagi baginya. Yak! Itu Tisya.
‘Cacaaaaaaaaa......’
sapa Tisya yang langsung memeluk Caca dengan erat.
‘Sya, uda Sya
lepas, aku sesak nafas nih kamu peluk kayak gitu’ ucap Caca sambil berusaha
melepas pelukan Tisya.
‘Hehehe sori deh,
kamu kan tau aku suka meluk kamu’ sahut Tisya.
‘Oke, no problem..
Hmm Sya, I feel something different today’ mulai Caca
‘What’s wrong
baby? It’s about Bobby? Or Devon?’ Jawab Tisya yang mulai mengira-ngira apa
yang sedang dipikirkan Caca.
‘Bukan, bukan
tentang mereka Sya, tentang anak-anak kelasku’ Sangkal Caca.
‘Emang mereka
pada kenapa Ca?’.
‘Aku ngerasa
mereka aneh daritadi pagi, kayak merencanakan sesuatu tapi setiap aku tanya ke
anak-anak pada ga ada yang mau jawab pertanyaanku. Mereka buat aku penasaran’
sahut Caca.
‘Kenapa kamu ga
tanya ke Bobby aja? Dia kan terbuka sama kamu, pasti mau ngasi tau deh’ saran
Tisya.
‘Uda Sya, aku uda
nanya sama dia juga tapi tetep ga dijawab. Dia bilang temen-temen ga
ngerencanain apa-apa. Tapi aku agak curiga deh sama Bobby, soalnya hari ini dia
beda banget ga kayak biasanya; dan juga, setiap aku ngobrol sama Bobby pasti
diledekin sama anak-anak. Tapi aku ga tau ada apa sama dia, apa mungkin ada
hubungannya ya sama sikap anak-anak yang berubah hari ini’ jawab Caca yang semakin
bingung dengan semuanya.
‘Ca, udalah
jangan mikirin itu. Ga bakal ada apa-apa kok. Paling-paling mereka cuma
ngerjain kamu aja. It’s gonna be alright Ca…’
‘I hope the same.
Uda ah, aku mau ngasi tau kabar gembira nih Sya. Mau tau ga?’ sambung Caca
dengan girangnya.
‘Mau dong, kabar
apaan nih? Devon ya? haha’ tanya Tisya yang kelihatannya sudah tau apa yang
akan diceritakan sahabatnya itu.
‘Kamu tuh paling
bisa ya baca pikiranku.’ jawab Caca yang wajahnya mulai memerah saat mulai membicarakan
devon.
‘Ya taulah, kita
tu uda sahabatan lama banget ca, jadi apa yang ga aku tau dari kamu sih. Sampe
yang Devon gak tau pun aku tau. Cieeeee emang kenapa sama Devon nih? Dia ada
tanda-tanda buat ngajak kamu balikan yaaaaa?’
‘Iya juga ya, aku
baru nyadar kalo uda selama itu kita sahabatan. Eh belum kok, Devon belum ada
tanda-tanda buat kesana. Cuma, kita makin deket aja. Nih liat aja sms-sms dia
ke aku, melted bacanya sya’ sambung Caca sembari memperlihatkat sms-sms Devon
pada Tisya
Tisya yang
melihat sms-sms Devon pun ikut merasakan senang. Karena harapan sahabatnya
untuk bisa dekat lagi dengan Devon sudah terkabulkan. Devon adalah mantan pacar
Clarissa. Mereka sudah putus beberapa bulan yang lalu.
‘Kelihatannya
sebentar lagi bakal ada yang balikan nih, ehem ehem..’ ledek Tisya
‘Belum kok sya,
belum tentu juga kita balikan. Siapa tau aja semua sms dia cuma sekedar iseng
aja, ya ga?’ Jawab Caca ragu
‘Gak deh Ca, kamu
kan tau sendiri sifat Devon kayak gimana. Tapi, kalo nanti kamu sama Devon
beneran balikan, gimana sama nasibnya Bobby?
Caca memang dekat
dengan Bobby, tapi dia hanya menganggap Bobby sebagai teman sekelasnya saja;
dan dia hanya sedikit mengagumi Bobby. Jika dibandingkan dengan Devon,
dia akan lebih memilih Devon ketimbang Bobby. Tetapi, di hati yang paling
dalam, Caca menyimpan keraguan terhadap Devon. Dia ragu dan bingung akan
kelanjutan hubungannya dengan Devon. Caca takut apabila mereka kembali seperti
dulu, Devon akan melakukan kesalahan yang sama. Walaupun dia menyimpan banyak
keraguan dalam hatinya, Caca tidak dapat memungkiri kalau sebenarnya dia masih
menyimpan perasaan pada devon. Ya, rasa sayang itu masih dan belum hilang
sampai sekarang. Seberapa keras Caca mencoba menghapus nama Devon dari otaknya,
tetap saja Devon masih berkeliaran di pikirannya. Itulah sebabnya betapa
senangnya Caca saat ia dan devon dekat kembali.
‘hmm.. gak tau
Sya, aku belum kepikiran sampe sana. Aku butuh saranmu tentang itu, aku takut
mengambil keputusan yang salah dan menyesal pada akhirnya’ jawab Caca dengan
penuh keraguan.
‘Gini aja deh Ca,
pilih salah satu yang membuat kamu lebih nyaman. Entah itu Devon ataupun Bobby.
Ikuti aja kata hatimu, pasti kamu bakalan nemuin jawaban dengan sendirinya’
‘Saranmu bener
juga ya Sya. Makasi ya, kamu emang sahabat yang paling tau keinginanku apa.
You’re my best Tisya..’ Clarissa pun pergi meninggalkan Tisya dan kembali ke
kelasnya.
Pelajaran
selanjutnya pun berlanjut dan Caca makin merasa asing di kelasnya sendiri
karena sikap teman-temannya yang sedikit aneh hari ini. Tidak ada seorang pun
yang mengajak Caca untuk sekedar mengobrolkan sesuatu. Caca pun hanya terduduk
diam sambil menyimak penjelasan guru sepanjang hari.
Bel pulang
sekolah pun berbunyi, Caca menghampiri Tisya ke kelasnya lagi. Hari ini Caca
pulang bersama Tisya, karena ayah Caca tidak bisa menjemputnya di sekolah.
Namun, di tengah perjalanan menuju tempat parkir, Caca dan Tisya dicegat oleh
segerombol orang dan seorang pria di depannya. Caca kaget saat menyadari kalau
segerombol orang itu adalah teman-teman sekelasnya, dan seorang cowok yang
berdiri di depan mereka ternyata Bobby.
Caca semakin
bingung dengan semuanya. ‘Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kalian berdiri
disana?’ tanya Caca yang kebingungan
Tisya yang
berdiri di samping Caca juga merasa bingung. Sampai Bobby mulai berbicara,
‘Tisya, boleh aku ngomong sama Caca?’
‘Boleh, ngomong
aja Bob’ Tisya menyingkir dan mempersilahkan Bobby untuk menyampaikan sesuatu
pada Caca
‘Hmm.. Clarissa,
sebenernya.. hmm..’ ucap Bobby mulai gugup
‘Kenapa Bob?
Daritadi hmm terus’ tegas Caca yang semakin bingung
‘Sebenernya aku
suka sama kamu Ca’ jawab Bobby dengan tegas
‘Ha? Kamu bohong
kan Bob?’ Tanya Caca memperjelas ucapan Bobby
‘Aku serius Ca,
aku uda lama suka sama kamu. Tapi aku ga berani ngungkapinnya. Kamu mau jadi
pacarku?’ tanya Bobby dengan percaya diri yang sembari mengambil tangan Caca
satu persatu dan menggenggamnya
Pertanyaan yang
sama sekali tidak terfikirkan oleh Clarissa. Dan sekarang terlontar dari bibir
Bobby.
‘Apa aku salah
dengar? Barusan Bobby menyatakan perasaannya padaku? Aku sama sekali tidak menduga
Bobby akan menanyakan itu! Apa yang harus aku jawab sekarang? Ya Tuhan, aku
bingung.. Baru tadi aku bercerita betapa senangnya saat aku bisa dekat lagi
dengan Devon, tapi kenapa sekarang aku harus dihadapi oleh pertanyaan yang sama
sekali tidak aku inginkan?? Apa aku harus jawab iya? Atau tidak? Aku bingung..
Tisya, aku harus jawab apa sekarang? Kalo aku ikuti kata hatiku pastinya aku
akan jawab tidak, karena aku masih memiliki perasaan terhadap Devon. Tapi aku
takut Devon kembali seperti dulu lagi. Apa aku harus mengubur dalam-dalam
perasaanku terhadap Devon dan memulai hubungan baru dengan Bobby yang mungkin
saja lebih baik dari Devon? Apa aku bisa melakukannya? Aku bingung Sya..’ batin
Caca yang sejak tadi melamun memikirkan jawaban apa yang haris ia berikan pada
Bobby.
Ia melihat Tisya,
tetapi Tisya hanya mengisyaratkan untuk menjawab sesuai kata hati Caca. Dan
akhirnya..
‘Iya, aku mau
Bob..’ jawaban itu terlontar juga dari Caca setelah sekian lama terdiam
‘Ya Tuhan, semoga
keputusan yang aku ambil ini benar dan aku tidak menyesalinya..’ gumam Caca
dalam hati.
Tak sengaja Caca
melihat ke sudut kirinya, dia melihat seseorang yang pastinya tidak asing lagi
bagi Caca dan kelihatanya sudah melihat peristiwa itu daritadi. Dan orang
tersebut ternyata DEVON!
Devon yang
daritadi memperhatikan Caca dari atas motor lalu turun dan melemparkan senyum
pada Caca..
Bersambung..